BAB 1
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam dunia pendidikan. Fungsi
bahasa dalam pendidikan diantaranya ialah sebagai pengantar pelajaran. Tanpa
bahasa yang baik dan benar, proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan
lancar dan tujuan pembelajaran akan sulit dicapai. Untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh bahasa dalam dunia pendidikan, maka perlu adanya suatu bahasan
mengenai pengaruh bahasa dalam komunikasi pendidikan.
Oleh karena itu seorang calon guru sudah sebaiknya
mempunyai kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang
penyusun ambil dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa defenisi
umum bahasa itu?
2.
Apa arti dari
ragam bahasa?
3.
Apa hubungan
bahasa dengan komunikasi pendidikan?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
defenisi umum bahasa.
2.
Mengetahui arti
dari ragam bahasa.
3.
Mengetahui
hubungan bahasa dengan komunikasi pendidikan.
1.4
Metode
Pengumpulan Data
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun
menggunakan metode pengumpulan data, sebagai berikut :
1.
Studi Pustaka
Studi
Pustaka adalah metode dimana penyusun menelesuri dan mempelajari bahan-bahan
yang ada seperti buku-buku. Metode ini sangat membantu bagi para penyusun
karena penjabaran yang terdapat pada bahan-bahan tersebut sudah lengkap dan
tersusun secara sistematis.
2.
Browsing
Metode browsing adalah
metode dimana penyusun mencari informasi-informasi yang diperlukan dengan cara
mencari di website dan internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari
3 Bab yang akan terbagi lagi menjadi beberapa subbab.
Pada
Bab 1 membahas masalah Latar Belakang , Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan.
Pada
Bab 2 membahas masalah Defenisi Umum Bahasa, Ragam Bahasa, dan Bahasa sebagai
Komunikasi Pendidikan.
Pada Bab 3 membahas masalah
Kesimpulan.
BAB 2
Pembahasan
2.1 Defenisi Umum Bahasa
Secara
sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang
terlintas di dalam hati. Lebih jauhnya lagi bahasa adalah alat untuk
berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, serta alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, dan konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa
diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer,
produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa
adalah sebuah sistem, yang mana bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Setiap bahasa melambangkan sesuatu
yang disebut makna atau konsep, jadi dapat dikatakan bahwa setiap bahasa pasti
memiliki sebuah makna atau arti. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “pensil”
melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu alat yang digunakan manusia untuk
melakukan aktivitas berupa menulis atau menggambar’.
Sudah
disebutkan di atas bahwa bahasa memiliki karakteristik tertentu, adapun
karakteristik bahasa sendiri adalah sebagai berikut :
1.
Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa
bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan makna lambang tersebut
tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang
tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara nyata, alasan “kuda” melambangkan
‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa
dijelaskan.
2.
Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa
bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun
dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.
Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Purwadarminta bahasa Indonesia hanya
mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata
tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
3.
Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa
bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada
tataran apa saja, misalnya saja pada segi fonologis, morfologis, sintaksis,
semantik dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru
yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan
lagi.
4.
Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu
yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang
mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu
menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun
pada tataran leksikon.
Bahasa Jawa
yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu
juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab
Saudi.
5.
Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi
verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki
hewan sebagai alat komunikasi adalah berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak
bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara
instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat
manusiawi.
Selain memiliki karakteristik, bahasa paun memiliki
fungsi. Adapun fungsi dari bahasa adalah sebagai :
1.
Fungsi Personal
atau Pribadi
Dilihat dari
sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur
menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya
mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu
menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga
apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
2.
Fungsi Direktif
Dilihat dari
sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf
tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar
melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang
dikehendaki pembicara.
3.
Fungsi Fatik
Bila dilihat
segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya
bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan
bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya
sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan.
Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan
fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyuman,
gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan
tersebut jika tidak disertai unsur paralinguistik tidak mempunyai makna.
4.
Fungsi Referensial
Dilihat dari
topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan
objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya
pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa
bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si
penutur tentang dunia di sekelilingnya.
5.
Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari
segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik.
Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya
bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan
dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk
membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses
pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
6.
Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message)
yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat
digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang
sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini
biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang
digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.
2.2 Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai
ragam yang baik , yang biasa digunakan di kalangan terdidik, yang ada di dalam
karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa
baku atau ragam bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan
dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah
penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah,
di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya
dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
2.3 Bahasa sebagai Komunikasi Pendidikan
Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai pengantar atau
media penyampaian informasi. Di dalam dunia pendidikan kita ketahui bersama bahwa
seorang guru adalah seseorang yang bertugas menyampaikan materi pelajaran
kepada peserta didiknya. Seorang guru diharapkan dapat memiliki kemampuan
bahasa yang baik, karena jika guru mempunyai kemampuan bahasa yang baik
tentunya dalam memberikan materi kepada peserta didiknya tidak ada kendala yang
besar.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa sangat penting bagi seorang guru dan
berpengaruh sebagai komunikasi pendidikan.
Tidak hanya bagi seorang guru saja,
bagi seorang siswa kemampuan berbahasa mereka pun harus dapat dikatakan baik.
Kita ketahui bersama bahwa saat ini salah satu cara pembelajaran adalah dengan
diskusi, yang mana keaktifan seorang siswa mendapatkan nilai plus bagi mata
pelajaran tersebut. Jadi jika seseorang tidak memiliki kemampuan berbahasa yang
baik otomatis nilai mereka akan berbeda dengan nilai siswa yang aktif sepanjang
pelajaran tersebut.
Kemampuan berbahasa yang baik dapat
dilatih sejak dini. Peran orang tua sangat berpengaruh bagi kemampuan berbahasa
siswa. Orang tua yang aktif berkomunikasi dengan anaknya, maka anak tersebut
mempunyai kemampuan berbahasa yang baik, begitu pula sebaliknya.
Mahasiswa
sudah seharusnya mempunyai kemampuan berbahasa yang baik, apalagi seorang
mahasiswa calon guru seperti kita saat ini. Jika kita tidak mempunyai kemampuan
berbahasa yang baik, bagaimana kita nantinya dapat terjun ke tengah-tengah
masyarakat dan berkomunikasi dengan masyarakat tersebut. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berbahasa yang baik wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa calon
guru.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari pembahasan makalah yang berjudul “Perkembangan Emosi dan Sosial” adalah
sebagai berikut :
a.
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat
untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Lebih jauhnya lagi
bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, serta alat
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan konsep atau perasaan. Dalam studi
sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi,
bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
b.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya,
yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara.
c.
Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai pengantar atau
media penyampaian informasi. Di dalam dunia pendidikan kita ketahui bersama
bahwa seorang guru adalah seseorang yang bertugas menyampaikan materi pelajaran
kepada peserta didiknya. Seorang guru diharapkan dapat memiliki kemampuan
bahasa yang baik, karena jika guru mempunyai kemampuan bahasa yang baik
tentunya dalam memberikan materi kepada peserta didiknya tidak ada kendala yang
besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar