BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum
secara etimologis (asal kata) berasal dari istilah bahasa Yunani, yaitu “curir”
yang artinya pelari, dan “curere” yang artinya jarak yang ditempuh. Jadi secara
etimologis kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.
Atau secara garis besar, kurikulum dapat diartikan sebagai rencana
pembelajaran.
Kurikulum
mempunyai kedudukan pusat dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan
pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses
pendidikan. Di samping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang
studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi
sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoretis bagi
pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan
Kurikulum
selain sebagai bidang studi juga sebagai suatu sistem. Mengapa kurikulum
dikatakan sebagai suatu sistem? Hal tersebut akan dibahas lebih jelasnya pada
makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka hal yang menjadi rumusan masalah adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan kurikulum
sebagai suatu sistem?
2.
Apa saja komponen-komponen yang termasuk
di dalam kurikulum?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini
adalah :
1.
Mengetahui maksud dari pernyataan
“kurikulum sebagai suatu sistem”
2.
Mengetahui apa saja komponen yang ada di
dalam kurikulum.
BAB
2
PEMBAHASAN
A. Kurikulum
sebagai Suatu Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systêma) dan bahasa Yunani (sustêma),
yang mempunyai arti “suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan penyampaian informasi atau materi untuk
mencapai tujuan tertentu.[1]
Menurut
Ludwig Von Bartalanfy, “sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat
dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.”[2]
Menurut
Anatol Raporot, “sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan
satu sama lain.”
Menurut
L. Ackof, “sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang
terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.”
Mengutip
dari empat pernyataan diatas mengenai arti dari sistem, dapat kita garis bawahi
bahwa suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yang berbeda, yang mana
komponen-komponen itu terkait antara satu dengan yang lainnya.
Kurikulum
dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang, yang
memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi
tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, strategi atau
metode, serta evaluasi. Kurikulum memiliki tujuan yang satu, dan
komponen-komponen di dalamnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sama
halnya seperti sistem. Oleh karena itu lah, kurikulum dapat dikatakan sebagai
suatu sistem, khususnya kurikulum sebagai suatu sistem pendidikan.
Suatu
kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua
hal. Pertama, kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi,
dan perkembangan masyarakat.
Kedua, kesesuaian antarkomponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.[3]
Kedua, kesesuaian antarkomponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.[3]
Ciri-ciri
sistem menurut M. Awad adalah sebagai berikut :[4]
1.
Sistem itu bersifat terbuka, atau pada umumnya
bersifat terbuka. Suatu sistem dapat dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan
lingkungannya. Sebaliknya, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari
pengaruh apapun
2.
Sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem dan
setiap sub sistem terdiri lagi dari subsistem lebih kecil dan begitu
seterusnya.
3.
Sub sistem itu saling bergantung satu sama lain dan
saling memerlukan.
4.
Sistem mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri
(self regulation)
5.
Sistem memiliki tujuan dan saran
Menurut William A. Shrode serta Dan Voich, menjelaskan tentang pokok dari ciri-ciri sistem adalah
sebagai berikut :
1.
Sistem mempunyai tujuan sehingga perilaku kegiatannya
mengarah pada tujuan tersebut (purposive behavoiur);
2.
Sistem merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh
(Wholisme);
3.
Sistem memiliki sifat terbuka;
4.
Sistem melakukan kegiatan transformasi;
5.
Sistem saling berkaitan;
6.
Dalam sistem ada semacam (mempunyai) mekanisme
kontrol.
Ciri-ciri
Sistem menurut Tatang M Amirin adalah sebagai berikut :
1.
Setiap sistem mempunyai tujuan;
2.
Setiap sistem mempunyai batas yang memisahkannya dari
lingkungannya; walau sistem mempunyai batas tetapi bersifat terbuka;
3.
Sistem terdiri dari beberapa sub sistem atau unsur;
4.
Sistem mempunyai sifat holistik (utuh menyeluruh);
5.
Saling berhubungan dan saling bergantung baik intern
atau ekstern;
6.
Sistem melakukan proses transformasi;
7.
Sistem memiliki mekanisme kontrol dengan pemanfaatan
umpan balik;
8.
Memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan
menyesuaikan diri.
B. Komponen Kurikulum
Sebelum
melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum, seorang pengembang terlebih
dahulu mengenal komponen atau elemen atau unsur kurikulum. Seperti yang
dikemukakan Tyler (2009 dalam Belajar dan Pembelajaran : 273) bahwa “It is
important as a part of a comprehensive theory or organization to indicate just
what kinds of elements will serve statisfactorily as organizing elements. And
in a given curriculum it is important to identify the particular element that shall
be used”. Dari pernyataan Tyler tersebut, tampak pentingnya mengenal komponen
atau elemen atau unsur kurikulum.[5]
Herrick (2009 dalam
Belajar dan Pembelajaran : 273) mengemukakan 4 elemen yakni : tujuan, mata
pelajaran, metode dan organisasi, dan evaluasi.
Sedangkan ahli yang lain
mengemukakan bahwa kurikulum terdiri dari 4 komponen dasar : (1) aims, goals
and objective, (2) contents, (3) learning activities, (4) evaluation (Zais,
2009 : 273).
Nana Sy. Sukmadinata
(2009 : 273) mengemukakan 4 komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama
adalah : tujuan, isi/materi, proses/sistem penyampaian, serta evaluasi.
Berdasarkan
uraian tentang komponen-komponen kurikulum sebelumnya, dalam uraian berikut ini
akan dibahas mengenai komponen-komponen kurikulum sebelumnya, yakni komponen
kurikulum yang terdiri dari : tujuan, isi/materi, strategi/metode, evaluasi.[6]
1. Komponen
tujuan.
Tujuan
sebagai sebuah komponen kurikulum merupakan kekuatan-kekuatan fundamental yang
peka sekali, karena hasil kurikuler yang diinginkan tidak hanya sangat
mempengaruhi bentuk kurikulum, tetapi memberikan arah dan fokus untuk seluruh
program pendidikan (Zais, 2009 : 274). Apa yang diutarakan oleh Zais mengenai
pentingnya tujuan adalah benar adanya, karena tidak ada satu pun aspek-aspek
pendidikan yang lain bertentangan dengan tujuan, dalam kenyataannya aspek-aspek
pendidikan selalu mempertanyakan tentang tujuan. Hierarki vertikal tujuan
kurikulum di Indonesia, paling tinggi adalah tujuan pendidikan nasional,
kemudian tujuan kelembagaan, diikuti tujuan kurikuler, dan tujuan pengajaran.
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan kurikulum tertinggi yang bersumber
pada falsafah bangsa (Pancasila) dan kebutuhan masyarakat tertuang dalam GBHN
dan UU-SPN. Tujuan kelembagaan merupakan tujuan yang menjabarkan tujuan
pendidikan nasional bersumber pada tujuan tiap jenjang pendidikan dalam UU-SPN,
karakteristik lembaga, dan kebutuhan masyarakat. Tujuan kurikuler atau tujuan
mata pelajaran/bidang studi dijabarkan dari tujuan kelembagaan, bersumber pada
karakteristik mata pelajaran/bidang studi, karakteristik lembaga, dan kebutuhan
masyarakat. Tujuan yang terbawah dari hierarki tujuan kurikulum di Indonesia
adalah tujuan pengajaran, yakni suatu tujuan yang menjabarkan tujuan kurikuler
dan bersumber pada karakteristik mata pelajaran/bidang studi dan karakteristik
siswa.
2. Komponen
isi/materi.
Hal
yang merupakan fungsi khusus dari kurikulum pendidikan formal adalah memilih
dan menyusun isi (komponen kedua dari kurikulum) supaya keinginan tujuan
kurikulum dapat dicapai dengan cara paling efektif dan supaya pengetahuan
paling penting yang diinginkan pada jalurnya dapat disajikan secara efektif
(Zais, 2009 : 276). Selain itu, untuk mencapau tiap tujuan mengajar yang telah
ditentukan diperlukan bahan ajaran (Nana Sy. Sukmadinata, 2009 : 276). Isi atau
materi kurikulum adalah semua pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, dan sikap
yang terorganisasi dalam mata pelajaran/bidang studi. Namun, sebenarnya tidak
cukup hanya isi/bahan ajaran saja yang dipikirkan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum, lebih dari itu pengalaman belajar yang mampu mendukung pencapaian
tujuan secara lebih efektif.
3. Komponen
metode/strategi.
Komponen
ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagus dan idealnya suatu tujuan yang
ingin dicapai, hendaknya memerlukan strategi dan metode yang tepat untuk
mencapai tujuan tersebut. Strategi meliputi
rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal,
dinamakan metode. Ini berarti metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada a plan of operation achieving something,sedangkan metode adalah a way in achieving something.
4. Komponen
Evaluasi.
Evaluasi
ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar siswa (hasil dan proses)
maupun kefektifan kurikulum dan pembalajaran. Evaluasi kurikulum secara luas
tidak hanya menilai dokumen tertulis, tetapi yang lebih penting adalah
kurikulum yang diterapkan sebagai bahan-bahan fungsional dari kejadian-kejadian
yang meliputi interaksi siswa, guru, materiil, lingkungan. Adapun peran
evaluasi dalam kurikulum secara keseluruhan, baik evaluasi belajar siswa maupun
keefektifan kurikulum dan pembelajaran, dapat digunakan sebagai landasan
pengembangan kurikulum. Kegiatan evaluasi akan memberikan informasi dan data
tentang perkembangan belajar siswa maupun keefektifan kurikulum dan
pembelajaran, sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan pembelajaran dan
pendidikan secara tepat.
BAB
3
KESIMPULAN
Sistem berasal
dari bahasa Latin (systêma) dan bahasa Yunani (sustêma), yang mempunyai arti
“suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan penyampaian informasi atau materi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Menurut William A. Shrode
serta Dan Voich, menjelaskan tentang pokok dari ciri-ciri sistem adalah sebagai berikut :
7.
Sistem mempunyai tujuan sehingga perilaku kegiatannya
mengarah pada tujuan tersebut (purposive behavoiur);
8.
Sistem merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh
(Wholisme);
9.
Sistem memiliki sifat terbuka;
10.
Sistem melakukan kegiatan transformasi;
11.
Sistem saling berkaitan;
12.
Dalam sistem ada semacam (mempunyai) mekanisme
kontrol.
Suatu kurikulum harus memiliki
kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama, kesesuaian
antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan
masyarakat.
Kedua, kesesuaian antarkomponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum
Kedua, kesesuaian antarkomponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum
Kurikulum sebagai suatu sistem tentunya
memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya dalam mencapai tujuan tertentu. Secara garis besar, kurikulum terdiri
dari empat komponen, yaitu :
1.
Komponen tujuan.
2.
Komponen isi/materi.
3.
Komponen metode/strategi.
4.
Komponen Evaluasi.
[3] Nana Sy. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1997) hlm. 124
[5] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2009), hlm. 273-277
[6] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta :
Rineka Cipta, 2009), hlm. 273-277
Tidak ada komentar:
Posting Komentar